-->
MPM POLBAN

Berikan Realita Bukan Retorika

Logical Fallacy

Monday 7 July 2014
Logical Fallacy

Apakabar mahasiswa? Salam Legislator !
Bagaimana perkembangan Pilpres periode ini?
5 agenda debat capres dan cawapres sudah dilalui. tapi, sudahkah anda menjatuhkan pilihan? Sudahkah mantapkah pilihan anda? Jika belum, saya bantu memberi sedikit pandangan seputar penilaian debat.
Dalam dunia debat, pasti selalu berhubungan dengan argumen. Argumen adalah serangkaian pernyataan, dimana didalammnya berisi premis dan lainnya berisi kesimpulan mengenai suatu pandangan. Nah ternyata dalam berargumen itu tidak mudah loh. Ada istilah yang disebut Logical Fallacy atau kesalahan dalam berlogika, yaitu argumentasi yang premis dengan kesimpulannya tidak berkesinambungan, dengan kata lain, argumen yang dilontarkan memiliki logika yang salah. Ada beberapa tipe Logical Fallacy, yaitu :
1.      Argumentum ad Hominem
Kesalahan seperti ini biasanya terjadi dalam berdebatan. Kesalahannya adalah, dalam suatu perdebatan antara A dan B, ketika A tersudut dan tidak dapat membalas fakta dan argumen yang dilontarkan B, yang dilakukan B adalah menyerang sisi kepribadian A bukan isi atau bahasan yang dilontarkan A. Contohnya :
A : saya yakin tumbuhan dan pepohonan tidak dapat mengalirkan arus listrik.
B : tapi saya sudah melakukan penelitian, dan dari data yang saya dapat, tumbuhan dan pepohonan dapat mengalirkan arus listrik.
A : bagaimana anda bisa melakukan penelitian mengenai hal ini? Anda hanya seorang Ustad!?
Dari contoh diatas, A sudah tersudut, karena B membawa data dan fakta, akibatnya A menyerang B dari sisi latarbelakang B.
2.      Argumentum ad Ignorantiam
Argumen seperti ini adalah argumen yang menyatakan bahwa suatu pernyataan itu benar karena tidak ada bukti bahwa pernyataan itu salah, atau sebaliknya, menyatakan pernyataan itu salah karena tidak ada bukti yang menyatakan itu benar. Contohnya :
A : apa kamu yakin mie goreng ini enak?
B : tentu saja enak. Selama ini tidak ada komplain dari pelanggan yang menyatakan mie ini tidak enak.
Dari contoh diatas, B menyimpulkan mie goreng enak karena tidak ada orang yang menyatakan bahwa mie gorengnya tidak enak.

3.      Argumentum ad Crumenam
Kesalahan seperti ini adalah ketika dalam berargumen menyangkut pautkan suatu kebenaran dengan harta atau kekayaan. Contohnya :
A : wah dia memang orang yang baik hati.
B : kalau dia memang baik hati, kenapa dia jadi miskin, tidak kaya?
Dari contoh diatas, B berargumen tidak berkesinambungan, menyangkutkan tingkat kebaikan dengan kekayaan.

4.      Argument from Adverse Consequences
Argumen seperti ini memaksakan argumen lawan salah, karena jika argumen lawan dibenarkan, maka dikhawatirkan akan terjadi hal yang buruk. Contohnya :
A : tolong beri toleransi. jangan keluarkan siswa ini karena jarang mengikuti KBM. Dia kan seperti itu karena sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
B : tidak bisa, apabila saya memberi toleransi, nantinya akan banyak siswa yang bolos beralasan sakit.
Dari contoh diatas, B tidak memeri toleransi karena kekhawatirannya, padahal yang dikhawatirkan belum tentu terjadi.

5.      Argumentum ad Novitatem
Menyimpulkan sesuatu menjadi hal yang baik karena sesuatu tersebut merupakan hal baru. Contohnya :
A : Apa kamu yakin HP ini tahan lama ?
B : jelas dong, ini kan HP keluaran baru.
Dari contoh diatas, B menyimpulkan HP keluaran baru akan tahan lama, padahal tidak selalu demikian.
6.      Argumentum ad Antiquatem
7.      Berkebalikan dengan Argumentum ad Novitatem, argumen seperti ini menyimpulkan sesuatu hal menjadi hal yang baik karena sudah dilakukan sejak lama. Contohnya :
A : kamu masih membuat tempe secara tradisional?
B : iya dong. Ini kan sudah dilakukan sejak nenek moyangku untuk menjaga cita rasa tempe ini tetap enak.
Dari contoh diatas, B menyimpulkan membuat tempe dengan cara lama hasilnya akan lebih enak dari cara modern. Padahal tidak selalu demikian.

8.      Appeal to Belief
Dalam argumen seperti ini, seseorang menyatakan sesuatu hal benar, karena orang itu memiliki kepercayaan akan hal itu. Akibatnya, argumen ini seakan tidak dapat dipatahkan karena kepercayaan itu. Biasanya kejadian seperti ini terjadi dalam perdebatan agama.
Contohnya :
A : Jangan menyiram kucing. Nanti akan terjadi hujan!
B : bagaimana bisa begitu? Kan tidak ada hubungannya.
A : ada hubungannya. Pokoknya kucingnya jangan disiram nanti akan turun hujan, dan saya yakin itu!
Dari contoh diatas, A hanya melibatkan kepercayaannya sebagai bukti, namun tidak dapat dipahami dengan logika berargumen.

9.      Bandwagon Fallacy
Kesalahan seperti ini menyimpulkan sesuatu hal benar karena banyak orang yang mempercayainya. Bukan berdasarkan fakta. Contohnya :
A : kamu yakin materi ujian yang akan keluar yang ini?
B : yakin dong, soalnya mayoritas kelas juga bilang yang ini.
Dari percakapan diatas, B menyimpulkan benar karena mayoritas kelas, bukan berdasarkan bukti. Padahal sesuatu yang mayoritas belum tentu benar. Jadi B hanya mementikan kuantitas.
10.  Non-Sequitur
Argumen seperti ini menyimpulkan sesuatu secara asal. Tidak mempertimbangkan baik premisnya. Contoh :
A : Gajah adalah hewan, dan Kuda bukan gajah.
B : berarti kuda bukan hewan dong?

11.  Red Herring
Dalam kesalahan seperti ini, ketika seseorang sudah mulai goyah akan argumennya, maka dia akan cepat-cepat mengalihkan subjek pembicaraannya.
A : pendapat anda tentang penyebab penyakit AIDS bertentangan dengan data penelitian dari C.
B : tapi yang paling penting, kita harus mencegah penyebaran penyakit AIDS ini!
Dari contoh diatas, A membawa data penelitian yang bertentangan dengan argumen B. Akibatnya B mengalihkan pembicaran menjadi pencegahan penyakit AIDS tersebut.
12.  Circular Reasoning (Petitio Principii)
Kesalahan seperti ini terjadi akibat terjadinya repetisi atau pengulangan dalam premis dan kesimpulan. Contohnya :
Saya yakin hotel itu hanya berisi orang kaya, karena hanya orang kaya yang mengisi hotel itu.

Nah, dari 12 jenis Logical Fallacy ini kita dapat menganalisa hasil kelima debat yang telah dilaksanakan, capres atau cawapres mana yang sering melakukan Logical Fallacy, dan setelahnya kita dapat menambah sudut pandang penilaian dan memantapkan pilihan kita, atau menentukan pilihan kita jatuh pada capres mana. Jangan sampai kita mendukung capres hanya karena pemberitaan di media ataupun hasutan dari pendukung yang fanatik. Kita ini mahasiswa, jadi MEMILIHLAH DENGAN CERDAS!


No comments:

Post a Comment