Logical
Fallacy
Apakabar
mahasiswa? Salam Legislator !
Bagaimana
perkembangan Pilpres periode ini?
5
agenda debat capres dan cawapres sudah dilalui. tapi, sudahkah anda menjatuhkan
pilihan? Sudahkah mantapkah pilihan anda? Jika belum, saya bantu memberi sedikit
pandangan seputar penilaian debat.
Dalam
dunia debat, pasti selalu berhubungan dengan argumen. Argumen adalah
serangkaian pernyataan, dimana didalammnya berisi premis dan lainnya berisi
kesimpulan mengenai suatu pandangan. Nah ternyata dalam berargumen itu tidak
mudah loh. Ada istilah yang disebut Logical Fallacy atau kesalahan dalam
berlogika, yaitu argumentasi yang premis dengan kesimpulannya tidak
berkesinambungan, dengan kata lain, argumen yang dilontarkan memiliki logika
yang salah. Ada beberapa tipe Logical Fallacy, yaitu :
1. Argumentum ad Hominem
Kesalahan seperti ini biasanya terjadi dalam
berdebatan. Kesalahannya adalah, dalam suatu perdebatan antara A dan B, ketika
A tersudut dan tidak dapat membalas fakta dan argumen yang dilontarkan B, yang dilakukan
B adalah menyerang sisi kepribadian A bukan isi atau bahasan yang dilontarkan
A. Contohnya :
A : saya yakin tumbuhan dan pepohonan tidak dapat
mengalirkan arus listrik.
B : tapi saya sudah melakukan penelitian, dan dari
data yang saya dapat, tumbuhan dan pepohonan dapat mengalirkan arus listrik.
A : bagaimana anda bisa melakukan penelitian
mengenai hal ini? Anda hanya seorang Ustad!?
Dari contoh diatas, A sudah tersudut, karena B
membawa data dan fakta, akibatnya A menyerang B dari sisi latarbelakang B.
2. Argumentum ad Ignorantiam
Argumen seperti ini adalah argumen yang menyatakan
bahwa suatu pernyataan itu benar karena tidak ada bukti bahwa pernyataan itu
salah, atau sebaliknya, menyatakan pernyataan itu salah karena tidak ada bukti
yang menyatakan itu benar. Contohnya :
A : apa kamu yakin mie goreng ini enak?
B : tentu saja enak. Selama ini tidak ada komplain
dari pelanggan yang menyatakan mie ini tidak enak.
Dari contoh diatas, B menyimpulkan mie goreng enak
karena tidak ada orang yang menyatakan bahwa mie gorengnya tidak enak.
3. Argumentum ad Crumenam
Kesalahan seperti ini adalah ketika dalam berargumen
menyangkut pautkan suatu kebenaran dengan harta atau kekayaan. Contohnya :
A : wah dia memang orang yang baik hati.
B : kalau dia memang baik hati, kenapa dia jadi
miskin, tidak kaya?
Dari contoh diatas, B berargumen tidak
berkesinambungan, menyangkutkan tingkat kebaikan dengan kekayaan.
4. Argument from Adverse Consequences
Argumen seperti ini memaksakan argumen lawan salah,
karena jika argumen lawan dibenarkan, maka dikhawatirkan akan terjadi hal yang
buruk. Contohnya :
A : tolong beri toleransi. jangan keluarkan siswa
ini karena jarang mengikuti KBM. Dia kan seperti itu karena sakit dan harus
dirawat di rumah sakit.
B : tidak bisa, apabila saya memberi toleransi,
nantinya akan banyak siswa yang bolos beralasan sakit.
Dari contoh diatas, B tidak memeri toleransi karena
kekhawatirannya, padahal yang dikhawatirkan belum tentu terjadi.
5. Argumentum ad Novitatem
Menyimpulkan sesuatu menjadi hal yang baik karena
sesuatu tersebut merupakan hal baru. Contohnya :
A : Apa kamu yakin HP ini tahan lama ?
B : jelas dong, ini kan HP keluaran baru.
Dari contoh diatas, B menyimpulkan HP keluaran baru
akan tahan lama, padahal tidak selalu demikian.
6. Argumentum ad Antiquatem
7. Berkebalikan dengan Argumentum ad
Novitatem, argumen seperti ini menyimpulkan sesuatu hal menjadi hal yang baik
karena sudah dilakukan sejak lama. Contohnya :
A : kamu masih membuat tempe secara tradisional?
B : iya dong. Ini kan sudah dilakukan sejak nenek
moyangku untuk menjaga cita rasa tempe ini tetap enak.
Dari contoh diatas, B menyimpulkan membuat tempe
dengan cara lama hasilnya akan lebih enak dari cara modern. Padahal tidak
selalu demikian.
8. Appeal to Belief
Dalam argumen seperti ini, seseorang menyatakan
sesuatu hal benar, karena orang itu memiliki kepercayaan akan hal itu.
Akibatnya, argumen ini seakan tidak dapat dipatahkan karena kepercayaan itu. Biasanya
kejadian seperti ini terjadi dalam perdebatan agama.
Contohnya :
A : Jangan menyiram kucing. Nanti akan terjadi
hujan!
B : bagaimana bisa begitu? Kan tidak ada
hubungannya.
A : ada hubungannya. Pokoknya kucingnya jangan
disiram nanti akan turun hujan, dan saya yakin itu!
Dari contoh diatas, A hanya melibatkan
kepercayaannya sebagai bukti, namun tidak dapat dipahami dengan logika
berargumen.
9. Bandwagon Fallacy
Kesalahan seperti ini menyimpulkan sesuatu hal benar
karena banyak orang yang mempercayainya. Bukan berdasarkan fakta. Contohnya :
A : kamu yakin materi ujian yang akan keluar yang
ini?
B : yakin dong, soalnya mayoritas kelas juga bilang
yang ini.
Dari percakapan diatas, B menyimpulkan benar karena
mayoritas kelas, bukan berdasarkan bukti. Padahal sesuatu yang mayoritas belum
tentu benar. Jadi B hanya mementikan kuantitas.
10. Non-Sequitur
Argumen seperti ini menyimpulkan sesuatu secara
asal. Tidak mempertimbangkan baik premisnya. Contoh :
A : Gajah adalah hewan, dan Kuda bukan gajah.
B : berarti kuda bukan hewan dong?
11. Red Herring
Dalam kesalahan seperti ini, ketika seseorang sudah
mulai goyah akan argumennya, maka dia akan cepat-cepat mengalihkan subjek
pembicaraannya.
A : pendapat anda tentang penyebab penyakit AIDS
bertentangan dengan data penelitian dari C.
B : tapi yang paling penting, kita harus mencegah
penyebaran penyakit AIDS ini!
Dari contoh diatas, A membawa data penelitian yang
bertentangan dengan argumen B. Akibatnya B mengalihkan pembicaran menjadi
pencegahan penyakit AIDS tersebut.
12. Circular Reasoning (Petitio Principii)
Kesalahan seperti ini terjadi akibat terjadinya
repetisi atau pengulangan dalam premis dan kesimpulan. Contohnya :
Saya yakin hotel itu hanya berisi orang kaya, karena
hanya orang kaya yang mengisi hotel itu.
Nah, dari 12 jenis Logical Fallacy ini kita dapat
menganalisa hasil kelima debat yang telah dilaksanakan, capres atau cawapres
mana yang sering melakukan Logical Fallacy, dan setelahnya kita dapat menambah
sudut pandang penilaian dan memantapkan pilihan kita, atau menentukan pilihan
kita jatuh pada capres mana. Jangan sampai kita mendukung capres hanya karena pemberitaan
di media ataupun hasutan dari pendukung yang fanatik. Kita ini mahasiswa, jadi
MEMILIHLAH DENGAN CERDAS!